Laman

Saturday 10 November 2012

Potret Generasi Muda Islam; Studi Terhadap Peran Al-Qur’an Dan Bahasa Arab Serta Pengaruhnya Terhadap Remaja


MAKALAH

Potret Generasi Muda Islam; Studi Terhadap Peran Al-Qur’an Dan Bahasa Arab  Serta Pengaruhnya Terhadap Remaja 
Oleh :    Abdul Mu’is, S.Pd.I
SMA Negeri Yosowilangun Lumajang; d/a : Jl. Raya Kebonsari PO.BOX 02 Yosowiangun Lumajang 67382
(di prensentasikan pada Seminar Nasional Bahasa Arab dan Keislaman pada 16 Nopember 2012, di Universitas Negeri Malang)
Umat Islam masih terus berhadapan dengan banyak tantangan. Tantangan-tantangan ini menjadikan semua unsur jati diri umat sebagai sasarannya. Media-media kita juga terperangkap dalam dampak negatif media materialisme Barat, yaitu provokasi, amoralitas, penyebaran isu, dan pengaburan fakta. Semua ini sangat jauh dari karakteristik qur’ani sebuah media sejati.
Terkait budaya dan persoalan-persoalan kebudayaan kita pun, dengan sangat menyesal harus dikatakan bahwa persoalan kebudayaan kita juga telah menjauh dari nilai-nilai Al-Quran dan agama. Kini, saat kita berada di era kebangkitan
Islam, semua penanggung jawab dalam urusan media dan budaya mesti melakukan perencanaan matang untuk kembali kepada nilai-nilai agama dan menciptakan masa depan dengan visi tercerahkan dan semangat yang lebih tinggi.
Remaja sebagai generasi masa depan dan penerus cita-cita serta perjuangan bangsa yang mulia, sudah seharusnya kritis dan tanggap terhadap perubahan dan perkembangan zaman, peran pemuda yang dalam hal ini diwakili oleh mahasiswa sebagai agen of change, sudah seharusnya merevitalisasi nilai-nilai budaya dan dan agama sebagai dasar pergerakan dan penegasan peran pemuda di masayarakat menuju cita-cita masa depan yang diidamkan.
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia, akhir-akhir ini pun mulai terpinggirkan dan terabaikan, sedikit demi sedikit terkikis dan nyaris hilang sama sekali, hal ini tak lain karena perubahan dan perkembangan teknologi yang begitu pesat yang belum mampu diterima oleh masyarakat. Disisi lain, masyarakat khususnya pemuda dirasa belum sepenuhnya mampu untuk beradaptasi terhadap perubahan zaman dan perkembangan teknologi yang dimaksud, dampak dari semua ini kemudian berakibat pada pelemahan terhadap nilai-nilai budaya islam, terjadinya banyak tawuran, free sex, keterpurukan dan masih banyak lagi dampak lain yang diakibatkan karena kelalaian manusia itu sendiri.
Jika dikembalikan kepada masa lalu, Bangsa Arab sebelum datangnya Islam, pun mereka juga belum mampu sepenuhnya mengatur, menata, mengolah dan memperbaiki sistem tata kehidupan menjadi lebih baik, Muhammad sebagai insan kamil yang dipilih oleh Allah sebagai rahmatan lil aalamiin kemudian memberikan nur dan pelurusan terhadap tata kelola sistem kehidupan Bangsa Arab pada saat itu, yang dasar dan sumbernya adalah Al-Qur’an.
Saat ini remaja dan pemuda sebagai generasi penerus cita-cita bangsa, sudah seharusnya dapat mengatur, menata, menjadikan lebih baik, merevitalisasi dan memberikan ‘ide segar’ terhadap perkembangan zaman, khususnya dalam dunia pendidikan yang akhir-akhir ini menjadi sorotan, peran pemuda dan remaja kemudian menjadi sangat vital karena pemuda merupakan barisan dan garda terdepan dalam pendidikan guna mencapai cita-cita bangsa yang mulia.

Potret Generasi Muda Islam;
Studi Terhadap Peran Al-Qur’an Dan Bahasa Arab
Serta Pengaruhnya Terhadap Remaja[1]
Oleh : Abdul Muis, S.Pd.I [2]

A.    Pendahuluan
Tujuan diciptakannya manusia adalah pengejawantahan rahmat Ilahi dan penetapan manusia di arah kesempurnaan dan kebahagiaan yang abadi. Dan hal itu hanya bisa dicapai melalui pilihan intensional dia sendiri terhadap jalan yang terbaik dan menempuh cara ibadah kepada-Nya.
Menurut Al-Qur'an, alam semesta tidak diciptakan sia-sia; bahkan tiap-tiap bagian dan  elemennya diciptakan untuk tujuan tertentu. Banyak sekali ayat Al-Qur'an yang menyinggung persoalan mengenai tujuan penciptaan alam dan manusia, antara lain:
žcÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur È@øŠ©9$# Í$pk¨]9$#ur ;M»tƒUy Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÉÈ   tûïÏ%©!$# tbrãä.õtƒ ©!$# $VJ»uŠÏ% #YŠqãèè%ur 4n?tãur öNÎgÎ/qãZã_ tbr㍤6xÿtGtƒur Îû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $uZ­/u $tB |Mø)n=yz #x»yd WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ß $oYÉ)sù z>#xt
ã Í$¨Z9$# ÇÊÒÊÈ  
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. (Qs. 3 : 190-191)

Dua ayat ini mendesak manusia untuk berpikir dan mengingatkannya bahwa observasi tanpa pemikiran tidaklah mampu mengantarkan dia kepada maksud. Dalam ayat lain Allah Swt berfirman:
tA$s% $uZš/u ü
Ï%©!$# 4sÜôãr& ¨@ä. >äóÓx« ¼çms)ù=yz §NèO 3yyd ÇÎÉÈ  
50. Musa berkata: "Tuhan Kami ialah (tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk. (Qs. 20 : 50).

Berkaitan dengan uraian di atas, ada dua pokok penting yang perlu kita perhatikan bersama dari dalam ayat ini dan juga ayat-ayat yang serupa dengannya; pertama adalah Allah Swt memberikan apa saja yang dibutuhkan secara primer kepada tiap-tiap sesuatu, dan pokok kedua adalah segala sesuatu telah diberi petunjuk oleh Allah Swt sekiranya ia menggunakan seluruh potensinya untuk melestarikan hidup dan mencapai puncak tujuan yang seyogianya. Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini meliputi :
1.      Bangsa Arab sebelum Islam
2.      Peran dan fungsi Al-Qur’an bagi generasi muda Islam saat ini
3.      Bahasa Arab; antara pilihan, tantangan dan kenyataan
4.      Potret generasi muda Islam masa kini
B.     Pembahasan
Bangsa Arab sebelum lahirnya Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw dikenal sebagai bangsa yang sudah memiliki kemajuan ekonomi. Letak geografis yang yang cukup strategis membuat Islam yang diturunkan di Makkah menjadi cepat disebarluaskan ke berbagai wilayah. Di samping juga didorong oleh faktor cepatnya laju perluasan wilayah yang dilakukan umat Islam,[3] dan bahkan bangsa Arab telah dapat mendirikan kerajaan di antaranya Saba, Main dan Qutban serta Himyar yang semuanya berasa di wilayah Yaman.[4]
Di sisi lain, kenyataan bahwa al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw dan diturunkan dalam konteks geografis Arab, mengimplikasikan sebuah asumsi bahwa suatu pemahaman yang komprehensif terhadap al-Quran hanya mungkin dilakukan dengan sekaligus melacak pemaknaan dan pemahaman pribadi, masyarakat dan lingkungan mereka yang menjadi audiens pertama al-Quran, yaitu Muhammad dan masyarakat Arab saat itu dengan segala kultur dan tradisinya. Dan untuk memiliki pengertian yang sebenar-benarnya tentang asal mula Islam, maka satu hal yang perlu diketahui adalah bagaimana keadaan Arab sebelum  adanya Islam, Muhammad, dan sejarah Islam terdahulu.
Jazirah arab menjelang kelahiran islam diapit oleh dua kerajaan besar yaitu Romawi Timur di sebelah barat sampai ke laut Adriatik dan Persia di sebelah timur sampai ke sungai Dijlah. Kedua kerajaan besar itu disebut hegemoni di wilayah sekitar Timur Tengah. Sebenarnya Jazirah Arab bebas dari pengaruh kedua kerajaan tersebut, kecuali daerah-daerah subur seperti Yaman dan daerah-daerah sekitar teluk Persia. Wilayah jazirah arab di teluk Persia termaksud daerah kekuasaan kerajaan Persia. Dengan demikian daerah hijau bebas dari pengaruh-pengaruh politik dan budaya dari luar. Islam yang dasar-dasarnya diletakkan oleh Nabi Saw di Mekkah dan di Madinah adalah agama yang murni, tidak dipengaruhi baik oleh perkembangan agama-agama yang ada di sekitarnya maupun kekuasaan politik yang meliputinya.[5]
Jazirah dalam bahasa Arab berarti pulau. Jadi Jazirah Arab berarti pulau Arab. Adapun beberapa suku yang tinggal di Jazirah Arab yaitu :[6]
1.      Arab Baidah
Yaitu bangsa arab yang telah musnah yaitu, orang-orang arab yang telah lenyap jejaknya.
2.      Arab Aribah
Yaitu cikal bakal dari rumpun bangsa Arab yang ada sekarang ini. Mereka berasal dari keturunan Qhattan yang menetap di tepian sungai Eufrat kemudian pindah ke Yaman.
3.      Arab Musta'ribah
Yaitu menjadi arab atau peranakan disebut demikian karena waktu Jurhum dari suku bangsa Qathan mendiami Mekkah, mereka tinggal bersama nabi Ismail dan ibunya Siti Hajar.
C.    Kehidupan Keagamaan Masyarakat Arab sebelum Islam
Sebelum Islam penduduk Arab menganut agama yang bermacam-macam, dan Jazirah Arab telah dihuni oleh beberapa ideolgi, keyakinan keagamaan. [13] Bangsa Arab sebelum Islam telah menganut agama yang mengakui Allah sebagai tuhan mereka. Kepercayaan ini diwarisi turun temurun sejak nabi Ibrahim as dan Ismail as. al-Quran menyebut agama itu dengan Hanif, yaitu kepercayaan yang mengakui keesaan Allah sebagai pencipta alam, Tuhan menghidupkan dan mematikan, Tuhan yang memberi rezeki dan sebagainya. Kepercayaan yang menyimpang dari agama yang hanif disebut dengan Watsniyah, yaitu agama yang mempersyarikatkan Allah dengan mengadakan penyembahan kepada :
1.      Anshab, batu yang memiliki bentuk
2.      Autsa, patung yang terbuat dari batu
3.      Ashnam, patung yang terbuat dari kayu, emas, perak, logam dan semua patung yang tidak terbuat dari batu.
Berhala atau patung yang pertama yang mereka sembah adalah : Hubal. Dan kemudian mereka membuat patung-patung seperti Lata, Uzza, Manata, dll. Tidak semua orang arab jahiliyah menyembah Watsaniyah ada beberapa kabilah yang menganut agama Yahudi dan Masehi. Agama Yahudi dianut oleh bangsa Yahudi yang termaksud rumpun bangsa Samiah (semid). Asal usul Yahudi berasal dari Yahuda salah seorang dari dua belas putra nabi Yakub.
Agama Yahudi sampai ke Jazirah Arab oleh bangsa Israel dari negeri Asyur. Mereka diusir oleh kerajaan Romawi yang beragama Masehi dan bangsa Asyur ini berangsur-angsur mendiami Yastrib (Madinah) dan sekitarnya dan mereka menyebarkan agama Yahudi tersebut.[7] Agama Masehi yang berkembang adalah : Sekte Yaqubiah yang mengatakan bahwa perbuatan dan iradat al  Masih adalah tabiat ketuhanan. Kaum Yaqubiah berkata bahwa persatuan ketuhanan dengan kemanusiaan pada diri al-Masih ialah sebagaimana air dimasukan ke dalam tuak, lalu menjadi jenis yang satu. Agama-agama yang ada pada saat itu antara lain :
1.      Yahudi
Agama ini dianut orang-orang Yahudi yang berimigrasi ke Jazirah Arab. Daerah Madinah, Khaibar, Fadk, Wadi Al Qura dan Taima menjadi pusat penyebaran pemeluknya. Yaman juga dimasuki ajaran ini, bahkan Raja Dzu Nuwas Al Himyari juga memeluknya. Bani Kinanah, Bani Al Haarits bin Kaab dan Kindah juga menjadi wilayah berkembangnya agama Yahudi ini.
2.      Nashara (Kristen).
Agama ini masuk ke kabilah-kabilah Ghasasinah dan Al Munadzirah. Ada beberapa gereja besar yang terkenal. Misalnya, gereja Hindun Al Aqdam, Al Laj dan Haaroh Maryam. Demikian juga masuk di selatan Jazirah Arab dan berdiri gereja di Dzufaar. Lainnya, ada yang di And dan Najran. Adapun di kalangan suku Quraisy yang menganut agama Nashrani adalah Bani Asad bin Abdil Uzaa, Bani Imri-il Qais dari Tamim, Bani Taghlib dari kabilah Rabiah dan sebagian kabilah Qudhaah.
3.      Majusiyah
Sebagian sekte Majusi masuk ke Jazirah Arab di Bani Tamim. Di antaranya, Zaraarah dan Haajib bin Zaraarah. Demikian juga Al Aqra bin Haabis dan Abu Sud (kakek Waki bin Hisan) termasuk yang menganut ajaran Majusi ini. Majusiyah juga masuk ke daerah Hajar di Bahrain.
4.      Syirik (Paganisme).
Kepercayaan dengan menyembah patung berhala, bintang-bintang dan matahari yang oleh mereka dijadikan sebagai sesembahan selain Allah. Penyembahan bintang-bintang juga muncul di Jazirah Arab, khususnya di Haraan, Bahrain dan di Makkah, mayoritas Bani Lakhm, Khuzaah dan Quraisy. Sedangkan penyembahan matahari ada di negeri Yarnan.
5.      Al Hunafa
Meskipun pada waktu hegemoni paganisme di masyarakat Arab sedemikian kuat, tetapi masih ada beberapa orang yang dikenal sebagai Al Hanafiyun atau Al Hunafa. Mereka tetap berada dalam agama yang hanif, menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya serta menunggu datangnya kenabian.
Di antara beberapa agama/kepercayaan tersebut yang paling terkenal adalah penyembahan terhadap berhala yang jumlahnya mencapai lebih dari 360 buah, sehingga menyesaki lingkungan Kabah. Dan setiap qabilah di Arab memiliki berhala sebagai sesembahan mereka sendiri-sendiri. Di antara berhala yang paling populer di kalangan mereka ialah :
1.      Wadd.
          Adalah nama patung milik kaum nabi Nuh yang berasal dari nama seorang shalih dari mereka. Ditemukan kembali oleh Amru bin Luhai di Jeddah dan diberikan kepada Auf bin Adzrah dan ditempatkan di Wadi Al Quraa di Dumatul Jandal dan disembah oleh bani kalb bin Murrah. Patung ini ada sampai datangnya Islam kemudian dihancurkan Khalid bin Walid dengan perintah Rasulullah.
2.      Suwaa
Adalah salah satu patung kaum nabi Nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada Mudhor bin Nizaar dan diserahkan kepada bani Hudzail serta ditempatkan di Rohaath sekitar 3 mil dari Makkah.[8]
3.      Yaghuts
Adalah salah satu patung kaum nabi Nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada Naim bin Umar Al Muradi dari Majhaj dan ditempatkan di Akmah atau Jarsy di Yaman, disembah oleh bani Majhaj dan bani Anam dari kabilah Thaiyi.
4.      Yauq
Adalah salah satu patung kaum nabi Nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada kabilah Hamadan dan ditempatkan di Khaiwaan, disembah oleh orang-orang Hamadan.
5.      Nasr
Adalah salah satu patung kaum nabi Nuh yang ditemukan kembali dan diberikan kepada kabilah Himyar dan ditempatkan di Saba disembah oleh bani Dzi Al Kilaa dari kabilah Himyar dan sekitarnya.
6.      Manaah
Adalah salah satu patung berhala yang ditempatkan di pantai laut dari arah Al Musyallal di Qadid antara Makkah dan Madinah. Patung ini sangat diagungkan oleh suku AlAus dan Al Khazraj. Rasulullah mengutus Ali bin Abi Thalib untuk menghancurkannya pada penaklukan kota Makkah.


7.      Laata
Laata adalah kuburan orang shalih yang ada di Thaif yang dibangun dengan batu persegi empat. Bangsa Arab seluruhnya sangat mengagungkannya dan sekarang tempatnya adalah di menara masjid Thaif. Ada yang mengatakan bahwa Laata adalah nama seorang yang membuat masakan Sawiiq untuk jamaah haji, lalu ia meninggal kemudian kuburannya di sembah. Ketika bani Tsaqif masuk Islam maka Rasulullah mengutus Al Mughiroh bin Syubah untuk menghancurkannya dan kuburan ini dibakar habis.
8.      Al Uzza
Al Uzza adalah satu pohon yang disembah. la lebih baru dari Al Laata, ditempatkan di Wadi Nakhlah di atas Dzatu Irqin. Mereka dulu mendengar suara keluar dari Al Uzza. Berhala ini sangat diagungkan Quraisy dan Kinanah. Ketika Rasulullah Saw menaklukan Makkah, beliau mengutus Khalid bin Al Walid untuk menghancurkannya. Ternyata ada tiga pohon dan ketika dirobohkan yang ketiga, tiba-tiba muncul wanita hitam berambut kusut dalam keadaan rneletakkan kedua tangannya di bahunya menampakkan taringnya. Di belakangnya, ada juru kuncinya. Kemudian Khalid penggal lehernya dan pecah, ternyata ia adalah seekor merpati, lalu Khalid bin Al Walid membunuh juru kuncinya.
9.      Hubal
Merupakan patung yang paling besar di Kabah. Diletakkan di tengah Kabah. patung ini terbuat dari batu aqiq merah dalam rupa manusia. Dibawa Amru bin Luhai dari Syam. Isaaf dan Naailah (Dua patung berhala yang ada di dekat sumur Zamzam. Dua patung ini berasal dari sepasang orang Jurhum yang masuk ke Kabah dan berbuat fujur, lalu dikutuk menjadi dua batu, seiring perjalanan waktu, keduanya disembah.
10.  Dzul Khalashah
Ini adalah berhala milik kabilah Khatsam, Bajilah dan Daus yang berada di Tubaalah, daerah antara Makkah dan Yaman. Begitulah gambaran keadaan agama di Jazirah Arabiyah sebelum datangnya Islam. Mereka masih mengimani rububiyah Allah dan menganggap Allah sebagai sesembahannya juga dan sebagai Dzat Pencipta. Sumber kepercayaan tersebut adalah risalah samawiyah yang yang dikembangkan dan disebarkan di jazirah Arab terutama risalah nabi Ibrahim dan Ismail. [9]
D.    Al Qur’an dan Perkembangan Generasi Islam
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk kepribadian dan perkembangan peradaban manusia, agar manusia terbebas dari kebodohan, kegelapan dan kesesatan. Allah mengutus Rasulullah untuk mendidik manusia menjadi makhluk yang berakhlak mulia dan terlepas dari kesesatan. Sebagaimana firman Allah: “Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”. (QS. 02 : 151)
Rasululah berhasil mendidik para sahabat menjadi generasi terbaik di sepanjang sejarah, generasi pemberani, tangguh, dermawan, cerdik, cerdas, mahir, berakhlak mulia, disiplin dan zuhud, maka tak heran jika Muawiyyah mengatakan: “Aku tidak pernah melihat seorang pendidik sebelum dan sesudahnya lebih baik darinya”.
Sumber rujukan utama generasi islami di masa Rasulullah adalah Al Quran, Al Quran semata. Sedangkan hadits Rasulullah petunjuknya hanyalah satu bentuk penjelas dari sumber tersebut. Oleh karena itu, ketika A'isyah r.a. ditanya tentang akhlaq Rasulullah Saw, ia menjawab: "Akhlaq beliau adalah Al Qur'an." (Hadits diriwayatkan oleh An Nasai)
Dengan demikian, adalah Al Qur'an semata yang menjadi sumber rujukan, darinya pula generasi islami memetik pelajaran dan dengannya pula mereka diubah menjadi tokoh-tokoh besar. Hal itu terjadi bukan karena umat manusia saat itu tidak memiliki peradaban, budaya, ilmu pengetahuan, buku-buku rujukan atau kajian-kajian ilmiah, namun saat itu ada peradaban Romawi dan budayanya, serta buku-buku dan undang-undangnya yang sampai saat ini dijadikan pedoman hidup Eropa, atau setidaknya perpanjangan darinya. Ada warisan peradaban Yunani, logikanya, filsafatnya serta seninya, yang tetap menjadi sumber pemikiran Barat hingga saat ini. Juga ada peradaban Persia, seninya, syairnya, legenda-legendanya, kepercayaan-kepercayaannya, dan sistem kekuasaannya.
Demikian juga peradaban-peradaban lain, yang jauh maupun dekat, seperti peradaban India, Cina dan lainnya. Peradaban Romawi dan Parsi mengelilingi Jazirah Arab, dari bagian Timur dan Barat, juga Yahudi dan Nashrani yang hidup di jantung Jazirah Arab. Dengan demikian, mereka sama sekali tidak kekurangan peradaban dan budaya internasional, yang membuat generasi ini hanya mengambil rujukan dari Kitab Allah semata, selama masa pembentukannya. Namun sterilisasi mereka dari pengaruh peradaban dan budaya luar itu dilakukan dengan 'planning' yang matang, dan dengan strategi yang terencana. Bukti hal ini marahnya Rasulullah Saw saat melihat Umar bin Khatthab sedang memegang lembaran Taurat, dan beliau bersabda:
"Demi Allah, seandainya Musa hidup saat ini bersama kalian, niscaya ia hanya diperbolehkan oleh Allah SWT untuk menjadi pengikutku." (Hadits diriwayatkan oleh hafizh Abu Ya'la dari Hammad, dari Sya'bi dari Jabir)
E.     Membumikan Bahasa Arab
Istilah pembumian dalam dunia akademis memang belum dikenal luas, kecuali merujuk pada istilah yang dipopulerkan oleh beberapa tokoh muslim, seperti Quraish Shihab melalui bukunya Membumikan Al Qur’an dan Syafi’i Ma’arif dengan bukunya Membumikan Islam, berdasarkan dua buku tersebut dapat difahami bahwa istilah ini tiada lain adalah “menyosialisasikan”.
Jika istilah pembumian sebelumnya digunan untuk al Qur’an dan Islam, maka dalam tulisan ini kata tersebut digunakan dalam nuansa yang berbeda yaitu bahasa Arab. Namun dalam konteks yang sama yaitu menyosialisasikan bahasa Arab khususnya di Indonesia. Bahasa Arab sebagai salah satu bahasa asing (foreign language) di Indonesia saat ini menduduki peringkat ke-2 setelah bahasa Inggris dilihat dari pengguna, akan tetapi sebenarnya bahasa Arab justru jauh lebih dahulu dikenal orang Indonesia karena bahasa Arab masuk ke nusantara bersamaan dengan masuknya agama Islam di wilayah tersebut.
Ditinjau dari sejarah, bahasa Arab merambah bumi pertiwi bersamaan dengan masuknya agama Islam. Para pedagang dari Gujarat memperkenalkan ajaran Islam pada saat itu pula bahasa Arab diajarkan kendatipun baru sebagai bahasa ibadah. Seterusnya bahasa Arab diajarkan untuk memahami al Qur’an dan Hadits, baru pada akhir abad ke-19 bahasa Arab mengalami tranformasi besar-besaran dalam metode pembelajaran terutama dari aspek tujuannya, jika sebelumnya pembelajaran diarahkan agar peserta didik dapat memahami teks-teks berbahasa Arab pasive understanding, paradigma pembelajaran bahasa Arab sejak akhir dekade 90-an sampai saat ini menyatakan bahwa bahasa adalah ucapan, ditunjukkan dengan materi pelajaran yang setidaknya bersumber dari buku-buku pelajaran ala buku An-Nasyi'in, dengan sarana yang berupa asrama yang memungkinkan untuk mempraktikkan/berlatih manggunakan bahasa Arab dalam kehidupan sehari-hari.[10]
Bahasa Arab mulai dituturkan di antara murid-murid pondok pesantren dan peserta didik yang tinggal di asram-asrama sekolah. Dari aspek metode pambelajaran, sudah banyak yang menggunakan communicative approach yang menekankan pada kemampuan berbahasa secara komunikatif dan tidak terlalu banyak memperhatikan qawaid sebagai salah satu komponen dalam linguistik Arab yang sebelumnya merupakan paradigma pembelajaran bahasa Arab di Indonesia. Saat ini pembelajaran qawaid hanya merupakan salah satu metode dari metode-metode dalam pembelajaran bahasa Arab.
Memang harus diakui bahwa dari aspek metodologis, pembelajaran bahasa Arab di Indonesia jauh tertinggal dibandingkan denga bahasa asing lainnya khususnya bahasa Inggris yang cenderung dari hari ke hari mengalami pembaharuan di berbagai aspek yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa tersebut. Khususnya di Indonesia baru pada akhir dekade 90-an pembelajaran bahasa Arab mulai mengalami transformasi sampai saat ini terus berkembang, banyak buku-buku baru yang bermunculan yang membahas/mengkaji bahasa Arab dari aspek pembelajarannya.
Tantangan nyata yang dihadapi saat ini adalah out put yang dihasilkan dari pendidikan yang berdasar pada penekanan terhadap penguasaan bahasa Arab, menjadi kerdil dan seolah terpinggirkan, minimya sarana dan informasi yang didapat oleh mereka yang menguasai bahasa Arab menjadi salah satu faktor penyebabnya, disamping banyak fakto lain yang kemudian menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa yang seolah tidak penting dan dipandang sebelah mata.
Jika kita perhatikan dengan seksama, dalam Islam bahasa Arab merupakan bahasa utama, hal ini bisa kita lihat dari kitab suci Islam yang sampai saat ini tetap terjaga keasliannya yakni al-Qur’an. Kitab yang di turunkan di tanah Arab ini kemudian membumi dan menjadi pegangan serta rujukan untuk menetapkan suatu keputusan yang sulit dicari jalan keluarnya. Pembiasaan terhadap pendalaman bahasa Arab kemudian menjadi sangat urgent utamanya pada penguasaan muhadatsah, sebagai dasar dari pendalaman pembelajaran bahasa Arab selanjutnya.
Di Indonesia sebenarnya bahasa Arab memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi bahasa asing yang popular dan paling banyak dituturkan, namun saat ini harus diakui bahwa bahasa Inggris yang notabene-nya sama dengan bahasa Arab, sama-sama bahasa asing, namun bahasa Inggris mampu menggeser popularitas bahasa Arab sebagai bahasa asing di Indonesia. Banyak faktor yang menyebabkan bahasa Inggris menjadi sangat popular; di antaranya adalah globalisasion era, yang digawangi oleh sector academic field, teknologi dan ekonomi. Bahasa Inggris banyak digunakan dalam dunia akademik, teknologi dan ekonomi. Tidak ada satupun negara yang luput dari tiga sektor kehidupan tersebut.
Bukan tidak ada harapan bagi bahasa Arab untuk dapat menandingi kepopuleran bahasa Inggris. Satu hal yang perlu difahami secara lebih dalam dan bijak, bahwa secara naluri bangsa Indonesia sangat membutuhkan bahasa Arab. Dalam konteks dasar (basic contect), seluruh umat Islam yang merupakan umat mayoritas beribadah dengan menggunakan media bahasa Arab untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Dalam konteks pemahaman (understanding contect), bahasa Arab merupakan piranti dalam memahami agama Islam secara holistik sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan, dan dapat menjadi bangsa yang bermartabat.

F.     Generasi Muda Islam Masa Kini
Berikan Aku Sepuluh Pemuda, Maka Akan Aku Ubah Dunia. Pernyataan itu begitu populer dikalangan pemuda, utamanya para aktivis dan mahasiswa yang aktif pada berbagai kegiatan ekstra di kampus. Tak dapat di pungkiri bahwa pernyataan yang dilontarkan oleh Presiden Soekarno tersebut melahirkan banyak tokoh dan pejuang yang gigih dan rela membela bangsa dan negara demi tercapainya kemerdekaan hakiki yang diharapkan.
Dalam Islam, kita semua tentu mengenal Ashabul Kahfi, kisah tujuh pemuda yang gigih dan tekun serta berani membela agama dan keyakinan yang mereka anut dan anggap benar, kisah itu pun kemudian di abadikan dalam al-Qur’an sebagai uswah dan kisah sejarah masa lalu untuk pemuda saat ini, agar mereka bisa mengambil pelajaran, meniru dan terlebih mempraktikkan dalam kehidupan nyata akan peran dan eksistensi pemuda sebagai generasi islami, masa depan dan penerus perjuangan bangsa.
Pemuda adalah sosok yang menjadi harapan bagi kedua orang tuanya, bangsa dan agama dalam hal ini Islam. Mulai lunturnya peran dan eksistensi pemuda karena pengaruh perubahan dan perkembangan zaman, membuat pemuda seolah kehilangan taringnya untuk membuktikan peran dan pengaruhnya ditengah-tengah masyarakat. Sebagai agent of change pemuda seharusnya tanggap akan perubahan yang terjadi, mampu beradaptasi dan mengambil peran untuk berada di garda paling depan terhadap perubahan dan perkembangan bangsa khususnya generasi muda Islam yang semakin hari semakin tenggelam saja.
Al-Qur’an  menyebut istilah pemuda dengan isttilah fatan, misalnya sebutan untuk nabi Ibrahim muda, yang ketika itu sedang dicari oleh Raja Namrud karena dituduh menghancurkan patung-patung berhala. Fatan yuqaalu lahu Ibrahim. Juga sebutan fityatun untuk para pemuda Ashabul Kahfi. Innahum fityatun amanuu birabbihim wa zidnaahum hudaa. Sedangkan dalam hadits, pemuda disebut sebagai syaab. Misalnya dalam hadits “Lima Perkara Sebelum Lima Perkara Lainnya”: syabaabaka qabla haramika (masa mudamu sebelum masa tuamu). Juga dalam hadits “Tujuh golongan yang mendapat naungan Allah”: syaab nasya-a fii ‘ibadatillah (seorang pemuda yang tumbuh besar dalam ibadah dan taat kepada Allah).
Generasi muda Islam saat ini hendaknya bisa mengambil ibrah, menerapkan uswah, membumikan akhlak al-kariimah dalam setiap langkah dan aspek kehidupan. Menghidupkan kembali peran pemuda dan generasi penerus bangsa yang Islami dengan berbagai kegiatan yang mengandung unsur religius, membumikan al-Qur’an sebagai dasar dan pegangan kuat umat manusia untuk mengembalikan peran pemuda kedalam shirat yang seharusnya dilalui oleh para pemuda, berada dibarisan paling depan untuk menegakkan panji Islam seraya mengambil pelajaran pemuda kahfi untuk diterapkan dalam kehidupan masa kini.





DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, Jaih.  2004. Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Bani Quraisy
Mufrodi, Ali. 1997. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, Jakarta : Lohos.
Syalabi, A. 1970. Sejarah dan Kebudayaan Islam, terj. Terj. Muchtar Yahya, Jakarta : Djaya Murni.
Fadhil SJ. 2008. Pasang Surut Peradaban Islam Dalam Lintasan Sejarah, Malang : Sukses Offset.
Katsir, Ibn. 1932. Al-Bidayahwa al-Nihayah, Kairo.
Ghazali, Adeng Muchtar. 2005. Pemikiran Islam Kontemporer (Suatu Refleksi Keagamaan yang Dialogis), Bandung : Pustaka Setia.




[1] Makalah diajukan dalam Seminar Nasional “Penguatan Aspek Keislaman Dan Komunikasi Global Bahasa Arab Untuk Membangun Peradaban Indonesia Modern” yang diselenggarakan oleh Jurusan Sastra Arab, Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang, Sabtu 16 Nopember 2012.
[2] Penulis adalah Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri Yosowilangun – Lumajang – Jawa Timur dan Mahasiswa Program Pasca Sarjana STAIN Jember.
[3] Jaih Mubarak, 2004. Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : Pustaka Bani Quraisy), 13.
[4] Ali Mufrodi, 1997. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta : Lohos), 6
[5] A. Syalabi, 1970. Sejarah dan Kebudayaan Islam, terj. Terj. Muchtar Yahya, (Jakarta : Djaya Murni), 22.
[6] Ali Mufrodi, Islam di Kawasan, 5-8
[7] Fadhil SJ, 2008. Pasang Surut Peradaban Islam Dalam Lintasan Sejarah, (Malang : Sukses Offset), 62.
[8] Ibn Katsir, 1932. Al-Bidayahwa al-Nihayah, (Kairo), 188.
[9] Jaih Mubarok, 2004. Sejarah Peradaban Islam, (Bandung : Pustaka Bani Quraisy), 14.
[10]Adeng Muchtar Ghazali, 2005. Pemikiran Islam Kontemporer (Suatu Refleksi Keagamaan yang Dialogis),( Bandung : Pustaka Setia), 41.

No comments:

Post a Comment