Pendidikan
seumur hidup yang dikenal oleh banyak orang tentunya dapat dimaknai berbeda dan
bervariasi, namun kenyataannya apapun makna dari lifelong education pada
intinya adalah pendidikan dan pembelajaran tanpa batas, tanpa mengenal batas
usia dan masa, pendidikan sepanjang hayat dan sepanjang waktu. Dalam berbagai
kesempatan dan tempat, pendidikan sering dimaknai berbeda karena kondisi dan
situasi yang mendukung terhadap makna yang dimaksud. Penempatan makna
pendidikan itu kemudian menimbulkan reaksi dan tanggapan beragam bagi mereka
yang sadar dan peduli akan nasib dan perkembangan pendidikan, khususnya
dilingkungan sekitar tempat ‘komentator’ berada.
KREATIVITAS dan
inovasi dalam pendidikan selayaknya harus dilakukan khusunya oleh mereka yang
bergelut dan terjun langsung didalamnya, namun batas KREATIVITAS dan inovasi
itu pun
harus diperhatikan, banyak hal yang musti menjadi pertimbangan, antara
lain lingkungan, tempat, situasi dan kondisi, waktu dan bahkan pelaku
pendidikan serta objek pendidikan itu sendiri. Kreativitas selayaknya tidak
boleh menahan dan menjerumuskan ‘ide cemerlang’ yang muncul, namun patut
dipikirkan dan dipertimbangkan lebih mendalam bahwa KREATIVITAS dan inovasi pun
masing-masing punya kelebihan dan dampak ‘tidak baik’ terhadap lingkungan
sekitar, bukan berarti menentang perubahan atau enggan dengan perubahan, namun
yang terpenting adalah aspek transfer of value dalam pendidikan tidak
boleh hilang dan bahkan tenggelam karena ia adalah ruh pendidikan.
Festival music
jalanan, jika hanya dibaca dan dimaknai sepotong maka makna negative serta
merta akan muncul disetiap benak pembacanya, namun bagaimana jika music jalanan
masuk kedalam lingkungan pendidikan ?? layakkah ?? dapatkah ini disebut sebagai
kreativitas anak bangsa ?? inovasi dan perkembangan zaman ?? atau bahkan dampak
yang ‘tidak baik’ akan ditimbulkan dalam pendidikan ??. Lingkungan pendidikan
(sekolah-pen) adalah tempat dimana terjadi interaksi antara pendidik-peserta
didik, pendidik-pendidik, dan peserta didik-peserta didik. Interaksi yang
terjadi didalamnya tentunya memiliki berbagai corak dan warna, dengan penuh
harap tentunya setiap pendidik ingin bahwa warna yang ada didalam interaksi
tersebut dapat sejalan walau tidak seragam, seirama walau tidak sejudul, hal
ini bertujuan agar apa yang menjadi visi dan misi organisasi (dalam hal ini
sekolah) dapat tercapai dan terlaksana dengan baik.
Jika music jalanan
berlangsung disekolah, sepertinya makna sekolah berlawanan sama sekali dengan
farasa ‘JALANAN’, walaupun dimaknai sebagai kreativitas, namun alangkah lebih
bijak jika ‘JALANAN’ tidak masuk kedalam sekolah, bukankah misi sekolah adalah
menjadikan dari yang ‘JALANAN’ menuju ‘TIDAK JALANAN’, dari yang ‘biadab’
menjadi ‘berakhlaq’, dari yang ‘tak bertuan’ menjadi jelas asal usulnya, dari
yang ‘tak berjenis kelamin’ menjadi terlihat berbeda dan dapat dibedakan antara
yang haq dan bathil. Jika dianalisis tentunya masih banyak bentuk kreativitas
yang dapat dikembangkan dan bahkan perlu dilestarikan disekolah, menoleh
kebelakang sepertinya perlu, sebagai bahan renungan dan evaluasi diri. Budaya membaca
misalnya, selain membawa banyak manfaat, hal ini sangat serasi dan selaras
dengan visi-misi sekolah sebagai lembaga pendidikan yang ber-ruh perubahan
dan sarat akan nilai.
Namun, apapun namanya jika tanpa cacat dan cela
rasanya sulit untuk menjadi sempurna, festival music jalanan, pun juga memiliki
makna dan arti mendalam, tentunya hal ini hanya dapat dipahami oleh mereka yang
menguasai seni music dengan segala aspeknya, kedepan patut dianalisis dan
dipertimbangkan dengan matang, disampaikan dengan terbuka, dilakukan secara jujur dan transparan tanpa ada pilih kasih dan tumpang tindih
kekuasaan, agar apa yang menjadi visi dan tujuan kedepan dapat
dilaksanakan dengan penuh ikhlas dan penuh kebersamaan.
No comments:
Post a Comment