Perempuan
sebagaimana laki-laki, adalah makhluk Tuhan yang memiliki derajat yang sama,
berperan sama dan bahkan dapat mengerjakan pekerjaan yang sama. Namun
pergeseran makna akhirnya menjadikan perempuan sebagai makhluk yang terisolasi dan
memiliki ruang gerak yang terbatas. Perempuan tak jarang hanya dpandang sebelah mata karena keterbatasan ruang gerak tadi, namun pada dasarnya kedudukan perempuan dan laki-laki sama-sama sebagai makhluk Tuhan yang bisa berkreasi, menyampaikan aspirasi, bebas berpendapat, melakukan hal yang tak terbatas dan bahkan menjadi pemimpin yang kemudian akan menjadi panutan bagi orang banyak.
memiliki ruang gerak yang terbatas. Perempuan tak jarang hanya dpandang sebelah mata karena keterbatasan ruang gerak tadi, namun pada dasarnya kedudukan perempuan dan laki-laki sama-sama sebagai makhluk Tuhan yang bisa berkreasi, menyampaikan aspirasi, bebas berpendapat, melakukan hal yang tak terbatas dan bahkan menjadi pemimpin yang kemudian akan menjadi panutan bagi orang banyak.
Emansipasi
selalu diidentikkan dengan perempuan, dari persoalan yang
kecil-kecil hingga persoalan besar sampai harus dibuat kementrian Peranan Perempuan,
Pemberdayaan Perempuan, atau apapun istilahnya seolah-olah perempuan Indonesia
itu tidak berperan, tidak berdaya. Faktanya, perempuan Indonesia sudah berdaya,
memiliki keberdayaan
tinggi meskipun kadang sering diiringi dengan
kesalahkaprahan terhadap makna emansipasi perempuan terhadap laki-laki itu
sendiri, buruknya emansipasi perempuan dijadikan excuse untuk hal-hal
yang tidak esensial. Hal buruk lainnya adalah emansipasi perempuan menjadi
kedok eksploitasi perempuan itu sendiri yang kadang tidak disadari para
perempuan. Gegar emansipasi, lupa jati diri.
Pahlawan
perempuan Indonesia, yang sudah dikenal oleh seantero jagad raya yaitu Ibu
Kartini, adalah sosok perempuan sejati, perempuan yang memiliki peran besar
dalam mengantarkan kemerdekaan Indonesia, memperjuangkan hak-hak perempuan,
memberikan makna baru terhadap perempuan yang kemudian perempuan Indonesia
khususnya, memiliki peran yang nampak, yang tidak kalah dari kalu laki-laki.
Raden
Ajeng Kartini lahir pada 21 April tahun 1879 di kota Jepara, Jawa Tengah. Ia
anak salah seorang bangsawan yang masih sangat taat pada adat istiadat. Di era
Kartini, akhir abad 19 sampai awal abad 20, wanita-wanita negeri ini belum
memperoleh kebebasan dalam berbagai hal. Mereka belum diijinkan untuk
memperoleh pendidikan yang tinggi seperti pria bahkan belum diijinkan
menentukan jodoh/suami sendiri, dan lain sebagainya. Kartini hanya sempat
memperoleh pendidikan sampai E.L.S. (Europese Lagere School) atau tingkat
sekolah dasar. Setamat E.L.S, Kartini pun dipingit sebagaimana kebiasaan atau
adat-istiadat yang berlaku di tempat kelahirannya dimana setelah seorang wanita
menamatkan sekolah di tingkat sekolah dasar, gadis tersebut harus menjalani
masa pingitan sampai tiba saatnya untuk menikah. Merasakan hambatan demikian,
Kartini remaja yang banyak bergaul dengan orang-orang terpelajar serta gemar
membaca buku khususnya buku-buku mengenai kemajuan wanita seperti karya-karya
Multatuli “Max Havelaar” dan karya tokoh-tokoh pejuang wanita di Eropa, mulai
menyadari betapa tertinggalnya wanita sebangsanya bila dibandingkan dengan
wanita bangsa lain terutama wanita Eropa.
Dia
merasakan sendiri bagaimana ia hanya diperbolehkan sekolah sampai tingkat
sekolah dasar saja padahal dirinya adalah anak seorang Bupati. Hatinya merasa
sedih melihat kaumnya dari anak keluarga biasa yang tidak pernah disekolahkan
sama sekali.
Sejak
saat itu, dia pun berkeinginan dan bertekad untuk memajukan wanita bangsanya,
Indonesia. Dan langkah untuk memajukan itu menurutnya bisa dicapai melalui
pendidikan. Untuk merealisasikan cita-citanya itu, dia mengawalinya dengan
mendirikan sekolah untuk anak gadis di daerah kelahirannya, Jepara. Di sekolah
tersebut diajarkan pelajaran menjahit, menyulam, memasak, dan sebagainya.
Semuanya itu diberikannya tanpa memungut bayaran alias cuma-cuma.
Bahkan
demi cita-cita mulianya itu, dia sendiri berencana mengikuti Sekolah Guru di
Negeri Belanda dengan maksud agar dirinya bisa menjadi seorang pendidik yang
lebih baik. Beasiswa dari Pemerintah Belanda pun telah berhasil diperolehnya,
namun keinginan tersebut kembali tidak tercapai karena larangan orangtuanya.
Guna mencegah kepergiannya tersebut, orangtuanya pun memaksanya menikah pada saat
itu dengan Raden Adipati Joyodiningrat, seorang Bupati di Rembang.
Habis
Gelap Terbitlah Terang, itulah judul buku dari kumpulan surat-surat Raden
Ajeng Kartini yang terkenal. Surat-surat yang dituliskan kepada
sahabat-sahabatnya di negeri Belanda itu kemudian menjadi bukti betapa besarnya
keinginan dari seorang Kartini untuk melepaskan kaumnya dari diskriminasi yang
sudah membudaya pada zamannya. Buku itu menjadi pedorong semangat para wanita
Indonesia dalam memperjuangkan hak-haknya. Perjuangan Kartini tidaklah hanya
tertulis di atas kertas tapi dibuktikan dengan mendirikan sekolah gratis untuk
anak gadis di Jepara dan Rembang.
Upaya dari
puteri seorang Bupati Jepara ini telah membuka penglihatan kaumnya di berbagai
daerah lainnya. Sejak itu sekolah-sekolah wanita lahir dan bertumbuh di
berbagai pelosok negeri. Wanita Indonesia pun telah lahir menjadi manusia
seutuhnya.
Bulan
ini adalah momentum yang tepat untuk kembali mengenang Kartini sebagai sosok
perempuan masa depan yang memiliki peran sama dengan laki-laki, kembalikan
fungsi perempuan sebagai kader bangsa masa depan untuk sekali lagi memberi
bukti bahwa perempuan bukan hanya berada dibelakang layar, namun perempuan juga
bisa memberikan kontribusi dalam kehidupan.
The Emperor Casino, Shootercasino
ReplyDeletePlay over 500 casino games! 인카지노 Sign up & claim your welcome bonus today! Enjoy the best online casino games from the 메리트 카지노 고객센터 best casino 제왕카지노 providers, Rating: 3.5 · 9 votes