Selamat Datang di Website MONGGOMEMBACA. Monggo Tingkatkan Semangat untuk Masa Depan yang lebih baik ...

Thursday 10 October 2013

BELAJAR DARI KISAH Abul Anbiyaa’

Bulan ini umat muslim akan merayakan salah satu hari istimewa, hari besar Islam yang seyogyanya menjadi tradisi dan membudaya ditengah-tengah masyarakat, hari yang berkumandang takbir, tahlil dan tahmid disetiap penjuru, hari dimana umat muslim merasa dirinya kembali dan seharusnya kembali ke fitrah, sebagai manusia suci, manusia yang mampu menjadi panutan dan teladan bagi manusia yang lain, ya….hari itu adalah hari raya Idul Adha.
Setiap tahun dan secara rutin, umat muslim tanpa terlewatkan selalu memperingati hari raya ini yang juga disebut juga dengan Idul Qurban. Ada banyak hikmah yang bisa kita dapatkan dari ‘perayaan tahunan’ ini, hikmah dan
pelajaran yang seharusnya menjadikan manusia semakin sadar akan peran dan eksistensinya di alam evaluasi (bumi) ini. Dalam Islam, umat muslim lebih mengenal istilah Khatamin Nabiyyiin daripada istilah Abul Anbiyaa, mengapa demikian ? apakah istilah pertama lebih popular daripada istilah yang kedua ? atau karena perbedaan makhluk yang menyandang gelar tersebut ?
Khatamin Nabiyyin atau penutup para nabi adalah istilah yang disandang dan disematkan kepada baginda Rasulullah Muhammad salallahu alaihi wa sallam, istilah ini kian poluler dan begitu melekat dihati umat Islam seiring dengan keyakinan dan iman mereka terhadapnya, bahwa tidak ada nabi dan rasul serta utusan lain setelah nabi Muhammad salallahu alaihi wa sallam, beliaulah nabi dan rasul terakhir yang diutus oleh Allah sebagai rahmatan lil alamiin, sebagai uswatun hasanah serta sebagai panutan teladan seorang pemimpin yang layak dan harus dipatuhi oleh mereka yang merasa dirinya seorang muslim.
Abul Anbiyaa atau bapaknya para nabi adalah gelar yang disematkan kepada Nabi Ibrahim alaihissalam, banyak kisah hikmah yang dapat kita petik dan pelajari didalamnya, salah satunya adalah peringatan hari raya Idul Adha atau disebut juga Idul Qurban. Dikalangan masyarakat kita amat popular kisah penyembelihan Ismail alaihissalam oleh ayahnya yang tak lain adalah Ibrahim alaihissalam yang kemudian pada saat sekarang diperingati sebagai Idul Qurban.
Terkait dengan hal ini Allah telah menjelaskan dalam al-Quran surat Ash-Shaffat : 99-133, secara global cerita ini berawal dari mimpi nabi Ibrahim alaihissalam yang menerangkan beliau menyembelih putranya, Ismail alaihissalam. Dalam al-Quran (37:102) dijelaskan, "Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata:"Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab:"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
Bahwasanya mimpi seorang nabi merupakan wahyu, sehingga Nabi Ibrahim alaihissalam pun melakukan wahyu yang memerintahkan penyembelihan itu. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya) (QS. 37:103). Nabi Ibrahim AS telah melaksanakan perintah dalam mimpi itu tanpa keraguan, maka Allah SWT pun berfirman : "Dan Kami panggillah dia:"Hai Ibrahim", (QS. 37:104). "...sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu", sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik". (QS. 37:105). Allah menerangkan itu semua, dan menyatakan : "Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata". (QS. 37:106). Lalu, Allah SWT mengganti penyembelihan Ismail alaihissalam itu dengan firman-Nya, "Dan Kami tebus anak itu dengan dengan seekor sembelihan yang besar". (QS. 37:107). Para ulama sepakat bahwa yang dimaksud dengan "Sembelihan Yang Besar" adalah kambing/domba.
Sekelumit kisah hikmah di atas menggambarkan betapa taat dan patuhnya Ibrahim alaihissalam kepada Allah untuk menyembelih putra yang paling dicintainya Ismail alaihissalam, buah dari kepatuhan dan ketaatan itu mengantarkan Ibrahim alaihissalam sebagai hamba Allah yang benar-benar memiliki kepatuhan, kesabaran dan ketabahan akan ujian dan diterimanya yang juga merupakan bentuk kasih saying Allah terhadap hambanya yang terpilih, dan pada akhirnya Ibrahim alaihissalam pun mendapat gelar ulul azmi, yakni utusan Allah yang mempunyai tingkat kesabaran dan ketabahan tinggi, mampu melalui semua ujian dan cobaan yang diterimanya dalam kehidupan. 
Sebagai umat muslim, yang senantiasa mematuhi dan mentaati perintah Allah dan rasul-Nya, maka selayaknya kisah Ibrahim alaihissalam ini paling tidak dapat menumbuhkan kesadaran untuk senantiasa berkurban, taqorrub billah, saling berwsiat dan mengingatkan tentang kebaikan serta tumbuh kembangnya sikap dan mental peduli terhadap sesama. Sepatutnya peringatan Idul Qurban hendaknya dapat menjadikan kita sebagai muslim yang mampu meneladani uswah dari kisah Ibrahim alaihissalam bersama putranya Ismail yang gigih dan teguh serta penuh kesabaran dalam menghadapi setiap ujian dan cobaan.
(tulisan ini telah diterbitkan di Majalah Suara PGRI Kab. Lumajang edisi 47/Oktober 2013)

1 comment: