Bulan
ini umat muslim akan merayakan salah satu hari istimewa, hari besar Islam yang
seyogyanya menjadi tradisi dan membudaya ditengah-tengah masyarakat, hari yang
berkumandang takbir, tahlil dan tahmid disetiap penjuru, hari dimana umat
muslim merasa dirinya kembali dan seharusnya kembali ke fitrah, sebagai manusia
suci, manusia yang mampu menjadi panutan dan teladan bagi manusia yang lain,
ya….hari itu adalah hari raya Idul Adha.
Setiap tahun
dan secara rutin, umat muslim tanpa terlewatkan selalu memperingati hari raya
ini yang juga disebut juga dengan Idul Qurban. Ada banyak hikmah yang
bisa kita dapatkan dari ‘perayaan tahunan’ ini, hikmah dan
pelajaran yang seharusnya menjadikan manusia semakin sadar akan peran dan eksistensinya di alam evaluasi (bumi) ini. Dalam Islam, umat muslim lebih mengenal istilah Khatamin Nabiyyiin daripada istilah Abul Anbiyaa, mengapa demikian ? apakah istilah pertama lebih popular daripada istilah yang kedua ? atau karena perbedaan makhluk yang menyandang gelar tersebut ?
pelajaran yang seharusnya menjadikan manusia semakin sadar akan peran dan eksistensinya di alam evaluasi (bumi) ini. Dalam Islam, umat muslim lebih mengenal istilah Khatamin Nabiyyiin daripada istilah Abul Anbiyaa, mengapa demikian ? apakah istilah pertama lebih popular daripada istilah yang kedua ? atau karena perbedaan makhluk yang menyandang gelar tersebut ?
Khatamin
Nabiyyin atau penutup para nabi adalah istilah yang disandang dan disematkan
kepada baginda Rasulullah Muhammad salallahu alaihi wa sallam, istilah
ini kian poluler dan begitu melekat dihati umat Islam seiring dengan keyakinan
dan iman mereka terhadapnya, bahwa tidak ada nabi dan rasul serta utusan lain
setelah nabi Muhammad salallahu alaihi wa sallam, beliaulah nabi dan
rasul terakhir yang diutus oleh Allah sebagai rahmatan lil alamiin, sebagai
uswatun hasanah serta sebagai panutan teladan seorang pemimpin yang
layak dan harus dipatuhi oleh mereka yang merasa dirinya seorang muslim.
Abul
Anbiyaa atau bapaknya para nabi adalah gelar yang disematkan kepada Nabi
Ibrahim alaihissalam, banyak kisah hikmah yang dapat kita petik dan
pelajari didalamnya, salah satunya adalah peringatan hari raya Idul Adha atau disebut
juga Idul Qurban. Dikalangan masyarakat kita amat popular kisah penyembelihan
Ismail alaihissalam oleh ayahnya yang tak lain adalah Ibrahim alaihissalam
yang kemudian pada saat sekarang diperingati sebagai Idul Qurban.
Terkait dengan
hal ini Allah telah menjelaskan dalam al-Quran surat Ash-Shaffat : 99-133,
secara global cerita ini berawal dari mimpi nabi Ibrahim alaihissalam
yang menerangkan beliau menyembelih putranya, Ismail alaihissalam. Dalam
al-Quran (37:102) dijelaskan, "Maka tatkala anak itu sampai (pada umur
sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata:"Hai anakku
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.Maka fikirkanlah
apa pendapatmu!" Ia menjawab:"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar".
Bahwasanya
mimpi seorang nabi merupakan wahyu, sehingga Nabi Ibrahim alaihissalam
pun melakukan wahyu yang memerintahkan penyembelihan itu. Tatkala keduanya
telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya),
(nyatalah kesabaran keduanya) (QS. 37:103). Nabi Ibrahim AS telah melaksanakan
perintah dalam mimpi itu tanpa keraguan, maka Allah SWT pun berfirman : "Dan
Kami panggillah dia:"Hai Ibrahim", (QS. 37:104). "...sesungguhnya
kamu telah membenarkan mimpi itu", sesungguhnya demikianlah Kami memberi
balasan kepada orang-orang yang berbuat baik". (QS. 37:105). Allah
menerangkan itu semua, dan menyatakan : "Sesungguhnya ini benar-benar
suatu ujian yang nyata". (QS. 37:106). Lalu, Allah SWT mengganti
penyembelihan Ismail alaihissalam itu dengan firman-Nya, "Dan
Kami tebus anak itu dengan dengan seekor sembelihan yang besar". (QS.
37:107). Para ulama sepakat bahwa yang dimaksud dengan "Sembelihan Yang
Besar" adalah kambing/domba.
Sekelumit
kisah hikmah di atas menggambarkan betapa taat dan patuhnya Ibrahim alaihissalam
kepada Allah untuk menyembelih putra yang paling dicintainya Ismail alaihissalam,
buah dari kepatuhan dan ketaatan itu mengantarkan Ibrahim alaihissalam sebagai
hamba Allah yang benar-benar memiliki kepatuhan, kesabaran dan ketabahan akan
ujian dan diterimanya yang juga merupakan bentuk kasih saying Allah terhadap
hambanya yang terpilih, dan pada akhirnya Ibrahim alaihissalam pun
mendapat gelar ulul azmi, yakni utusan Allah yang mempunyai tingkat
kesabaran dan ketabahan tinggi, mampu melalui semua ujian dan cobaan yang
diterimanya dalam kehidupan.
Sebagai umat muslim, yang senantiasa mematuhi
dan mentaati perintah Allah dan rasul-Nya, maka selayaknya kisah Ibrahim alaihissalam
ini paling tidak dapat menumbuhkan kesadaran untuk senantiasa berkurban, taqorrub
billah, saling berwsiat dan mengingatkan tentang kebaikan serta tumbuh
kembangnya sikap dan mental peduli terhadap sesama. Sepatutnya peringatan Idul
Qurban hendaknya dapat menjadikan kita sebagai muslim yang mampu meneladani uswah
dari kisah Ibrahim alaihissalam bersama putranya Ismail yang gigih
dan teguh serta penuh kesabaran dalam menghadapi setiap ujian dan cobaan.
(tulisan ini telah diterbitkan di Majalah Suara PGRI Kab. Lumajang edisi 47/Oktober 2013)
Betting in your city - Sporting 100
ReplyDeleteBetting in your jancasino.com city https://vannienailor4166blog.blogspot.com/ - 토토사이트 Sporting 1등 사이트 100 casinosites.one